Kamis, 04 Juni 2009

Apakah perjalanan masih panjang ???

1. Masa kanak2 yang menyenangkan tapi sengsara
masa ini masa yang sulit bagi kedua orangtuaku. Karena waktu itu aku masih kecil jadi tidak tahu kesulitan mereka. Asal muasal aku bisa berada di dunia ini kisah nya berawal dari sini.
Seorang wanita yang bernama Painem, berasal dari sebuah desa di lereng gunung lawu merantau ke kota madiun untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena di desanya sedang musim paceklik ( istilah bahasa jawa yang menerangkan sebuah keadaaan kekurangan pangan ). Bu Painem bekerja di sebuah rumah pejabat pada masa pemerintahan waktu itu, kira2 tahun 1950- an. Nama jabatanya Wedono (dalam bahasa jawa ) atau dalam bahasa Belanda-nya (karena waktu itu negara kita masih dalam masa transisi sehingga istilah / bahasa belanda masih sering digunakan ) disebut ONDER atau AUNDERR , aku tidak tahu persis ejakannya. Yang jelas orang memanggilnya Pak Onder. Setelah beberapa tahun bekerja kepada pak onder . mbok painem ( keluarga pak onder biasa menyebutnya begitu )mohon ijin untuk mengajak anak perempuannya ikut membantunya bekerja disitu juga. Setelah pulang ke desanya untuk sementara waktu, mbok painem kembali ke kota madiun bersama anak perempuannya yang nomer 2 bernama Ani, waktu itu usia Ani kira2 13 tahun.
Kita ulas sedikit tentang keluarga mbok Painem dulu. Suami mbok painem bernama p suparno mempunyai anak 7 orang, anak yang sulung seorang laki2, dan sisanya yang 6 orang adalah perempuan. Pak suparno adalah seorang petani tulen yang menggantungkan hidupnya pada tanah pertaniannya. Jika tidak ada pekerjaan di sawah P Parno pergi ke hutan mencari kayu bakar atau daun jati untuk dijual atau ditukar dengan kebutuhan sehari-hari. Karena pada masa itu uang adalah barang yang termasuk langka, seperti bensin dan minyak tanah jaman sekarang juga terkadang langka, barangnya ada tetapi sulit untuk mendapatkannya, kalaupun dapat mungkin hanya sedikit saja. Karena itu masih ada orang yang bertransaksi secara barter yaitu barang ditukar dengan barang. Selanjutnya biarkan P Parno menjalani kehidupanya sendiri dulu, sekarang mari kita lanjutkan lagi kisah mbok Painem dan anaknya yang sekarang sudah berada di rumah P Onder.
Sekarang mari kita ulas sedikit tentang keluarga P Onder. P Onder mempunyai anak 8 orang. 5 orang laki-laki dan 3 perempuan. Sedangkan istri P Onder ada 2, istri pertamanya telah meninggal , kedelapan anak tersebut adalah anak dari istri pertama. Kemudian beliau menikah lagi dengan istri kedua tapi tidak mempunyai anak.
Setelah beberapa lama bekerja di rumah P Onder, Ani makin akrab dengan anggota keluarga P Onder. Hingga salah seorang putra beliau jatuh hati pada Ani. Anak itu bernama Badri, anak nomer 4 dari 8 bersaudara. Badri seorang anak yang pendiam dan sederhana, tidak ada yang menonjol dari dirinya, biasa-biasa saja. Tapi dia cukup ganteng dan baik hati. Hingga Ani pun jatuh hati padanya. Namun hubungan keduanya sangat ditentang oleh keluarga besar P Onder. Karena mereka beda “kasta” ( istilah jawa kuno yang membedakan tingkat kedudukan sosial dalam masyarakat ). Walaupun pada akhirnya P Onder sendiri sebenarnya merestui hubungan keduanya, namun bu Onder (istri keduanya) dan kakak perempuan Badri sangat menolak hubungan tersebut. Karena sama saja dianggap merendahkan derajat mereka yang mana mereka masih menganggap dalam diri mereka mengalir “darah yang warnanya biru”.